ETIKA

Pendahuluan
 Etika merupakan bagian dari filsafat. Sebagai ilmu, etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari keterangan (benar) yang sedalam-dalamnya. Sebagai tugas tertentu bagi Etika, ia mencari ukuran baik-buruk tingkah laku bagi manusia. Ada yang menyebut Etika itu filsafat kesusilaan, ini sama, karena Etika hendak mencari ukuran mana yang susila itu, artinya, tindakan manusia manakah yang baik.
            Tidak tahukah manusia, mana yang baik dan mana yang buruk? Dalam prakteknya, kalau ia sudah sampai pada perkembangan tertentu, biasanya manusia itu sudah tahu, mana yang baik dan mana yang buruk. Seakan-akan ia mempunyai organ etis. Dalam teoripun manusia kebanyakan mengetahui mana yang baik dan mana buruk, karena manusia diberi tahu, diantaranya oleh agama. Agama memberi pedoman kepada manusia untuk bertingkah laku. Agama tahu mana yang baik dan mana yang buruk, karena biasanya memakai demi firman Tuhan. Oleh karena itu dengan penuh keyakinan, agama memberi tahu kepada manusia. Tetapi, hal tersebut bukanlah Etika, sebab Etika hendak mencari ukuran baik dan buruk.
            Jika agama sudah menuntun manusia mengenai mana yang baik dan mana yang buruk, mengapa ada Etika, apa perlunya dicari, kalau sudah ada instansi yang tahu? Ada bermacam-macam agama di dunia ini, jadi ukuran baik dan buruk bermacam-macam pula. Tidak terlalu berbeda, namun juga tidak sama. Jadi tidak universal.        
            Pengetahuan yang tercapai oleh Etika itu mungkin juga membantu agama, untuk lebih dihargai secara ilmiah, sehingga agama juga memiliki nilai kebenaran secara ilmiah berdasarkan kekuatan fikiran manusia. Namun jika Etika tidak bisa membantu agama, semoga jangan bertentangan dengan kemauan baik tiap-tiap agama.


A.    Istilah Etika, Moral, dan Etiket
Secara Etimologis, istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu kata ethos yang dalam bentuk tunggal memiliki banyak arti, diantaranya: tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang; kebiasaan, adat istiadat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berfikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah adat kebiasaan. Dalam arti inilah istilah Etika terbentuk, Aristoteles sudah memakai istilah ini untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, jika kita membatasi pada asal-usul kata ini, maka Etika berarti: ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
      Moral, secara etimologis, berasal dari bahasa Latin yaitu kata mos (jamaknya menjadi: mores) yang memiliki arti: kebiasaan, adat. Jadi secara etimologi, kata Etika dan kata Moral memiliki arti yang sama yaitu memiliki arti adat kebiasaan. Hanya asal bahasanya saja yang berbeda. Etika berasal dari bahasa Yunani, sedangkan Moral berasal dari bahasa Latin.
      Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1988, Etika mengandung arti:
1.      ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);
2.      kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3.      nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Arti yang pertama, Etika sebagai ilmu adalah sama halnya dengan filsafat moral. Etika baru menjadi ilmu, bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai yang tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat, sering kali tanpa disadari, menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian yang sitematis dan metodis. Kedua yaitu Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral. Disini berarti Etika memiliki arti sebagai kode etik. Arti yang ketiga yaitu Etika mengandung pengertian bahwa Etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sebagai contoh, jika kita berbicara tentang “etika suku-suku di Jawa”, “etika agama Budha”, dan lain sebagainya. Maka Etika dirumuskan sebagai “sistem nilai”. Dan yang menjadi catatan adalah sistem nilai itu bisa berfungsi dalam hidup manusia secara individu maupun pada tingkat sosial. 
      Secara etimologis kata Etika dan kata Moral memiliki arti yang sama, walaupun asal bahasanya berbeda. Jadi, kita bisa menyimpulkan bahwa Moral memiliki arti yang sama dengan Etika berdasarkan arti yang ketiga, yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Kita telah memahami bahwa Etika memiliki arti yang sama dengan Moral. Lalu bagaimana dengan istilah Etiket? Apakah memiliki arti yang sama dengan kata Etika atau Moral? Karena seringkali dua istilah ini dicampur adukkan begitu saja.
Etiket (etiquette) memiliki arti ”sopan santun”. Antara Etika dan Etiket memang memiliki persamaan diantaranya:
Pertama, Etika dan Etiket adalah sesuatu yang menyangkut perilaku manusia. Kedua, Etika dan Etiket mengatur perilaku manusia secara normatif artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yag harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Selain itu keduanya memiliki beberapa perbedaan diantaranya:
Pertama, Etiket menyangkut cara melakukan suatu perbuatan. Etiket menunjukkan cara yang tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah kalangan tertentu. Sedangkan Etika menyangkut masalah apakah sebuah perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Etika tidak terbatas pada cara melakukan suatu perbuatan, justru etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Kedua, Etiket hanya berlaku untuk pergaulan. Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain. Ketiga, Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah kebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Sedangkan Etika lebih absolut. Perintah seperti “jangan berbohong”, “jangan mencuri” merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar. Keempat, Etiket hanya memadang manusia dari segi lahiriah saja sedangkan etika memandang manusia dari segi dalam. Penipu dapat saja bertutur kata dengan lembut, berarti memegang etiket, namun itu dilakukan untuk menipu, berarti mempunyai etika tidak baik. Orang munafik biasanya selalu mempunyai etiket yang baik namun etikanya selalu tidak baik karena apa yang ada di dalam berbeda dengan apa yang dikeluarkan.

B.     Etika sebagai cabang filsafat
1.      Moralitas: Ciri Khas Manusia
Banyak perbuatan manusia berkaitan dengan baik atau buruk, tetapi ada juga perbuatan yang netral dari segi etis. Baik dan buruk dari segi etis memiliki peranan dalam hidup setiap manusia. Sesuatu yang dianggap baik atau buruk itu terjadi pada manusia maupun pada kelompok manusia yang hidup di masa lalu maupun pada manusia yang hidup pada masa kini. Moralitas pada manusia adalah sesuatu yang umum, yang terdapat dimana-mana. Moralitas juga termasuk suatu fenomena manusiawi yang universal. Setiap manusia memiliki tolak ukur mengenai baik-buruk sesuatu. Meskipun tolak ukur itu bersifat relatif.
Selain itu manusia adalah makhluk yang memiliki kesadaran moral. Moralitas merupakan suatu ciri khas manusia yang tidak dapat ditemukan pada makhluk dibawah tingkat manusiawi. Pada binatang tidak ada kesadaran baik dan buruk, tentang yang boleh atau tentang yang dilarang, tentang yang harus dilakukan dan yang tidak pantas dilakukan.
Bila kita merujuk pada sesuatu yang “harus” dilakukan. Ternyata “keharusan” itu terdiri dari 2 jenis yaitu: keharusan moral dan keharusan alamiah. Hewan atau binatang hanya memiliki naluri keharusan alamiah. Contohnya bila seekor buaya yang sedang berada dalam kondisi lapar dan kemudian dihidangkan makanan, maka buaya itu “harus” makan. Hal ini yang merupakan keharusan alamiah saja. Berbeda dengan manusia, selain memiliki keharusan alamiah, manusia juga memiliki keharusan moral. Keharusan moral didassarkan pada kenyataan bahwa manusia mengatur tingkah lakunya menurut kaidah-kaidah atau norma-norma. Norma adalah hukum, tapi manusia sendiri harus menaklukkan diri pada norma-norma itu. Manusia harus menerima dan menjalankannya.
2.      Etika: Ilmu tentang Moralitas
Etika merupakan ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral. Untuk mempelajari moralitas mengenai perbuatan yang baik dan yang buruk. Ada 3 pendekatan ilmiah mengenai tingkah laku, yaitu:
a.      Etika Deskriptif
Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas. Misalnya tindakan-tindakan yang yang diperbolehkan atau yang tidak diperbolehkan. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu-individu tertentu, dalam kebudayaan-kebudayaan atau subkultur-subkultur tertentu, dalam suatu periode sejarah, dan sebagainya. Etika deskriptif hanya melukiskan dan tidak memberi penilaian. Etika deskriptif ini bersifat empiris, artinya, membatasi pada pengalaman inderawi.
b.      Etika Normatif
Etika Normatif tidak lagi hanya sekedar melukiskan tingkah laku moral manusia saja, tetapi sudah masuk lebih dalam untuk memberikan penilaian tentang perilaku manusia saja, tetapi sudah masuk lebih dalam untuk memberikan penilaian tentang perilaku manusia. Etika normatif mendasarkan penilaiannya atas norma. Secara singkat dapat dikatakan, etika normatif bertujuan untuk merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan dengan cara rasional dan dapat digunakan dalam praktek. 
c.       Metaetika
Istilah metaetika ini diciptakan untuk menunjukkan bahwa etika bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan kita di bidang moralitas. Metaetika seolah-olah bergerak lebih tinggi daripada perilaku etis, yaitu pada taraf “bahasa etis” atau bahasa yang sering kita gunakan di bidang moral. Metaetika juga bisa dikatakan mempelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis.
3.      Hakikat Etika Filosofis
Etika sebagai ilmu, dimulai bila kita merefleksikan unsur-unsur  etis dalam pendapat-pendapat spontan kita yang bernilai kritis. Etika bisa disebut sebagai refleksi kritis, metodis, dan sistematis tentang tingkah laku manusia, sejauh berkaitan dengan norma. Karena refleksi itu dijalankan dengan kritis, metodis dan sistematis, maka Etika itu pun diberi nama “ilmu”.  Etika adalah refleksi ilmiah tentang tingkah laku manusia dari sudut norma-norma. Segi normatif itu merupakan sudut pandang yang khas bagi etika, dibanding ilmu-ilmu lain yang membahas tentang tingkah laku manusia seperti ilmu psikologi dan ilmu sosiologi.
Etika juga bisa disebut sebagai filsafat. Etika sebagai filsafat adalah etika yang bukan suatu ilmu yang empiris. Filsafat memberanikan diri untuk melampaui taraf yang konkret yaitu dengan menanyakan sesuatu dibalik gejala-gejala yang konkret. Dalam filsafat, walaupun dipraktekkan dalam cara-cara berfikir yang berbeda-beda, namun selalu berlaku bahwa pemikirannya dijalankan dengan cara non-empiris. Artinya tidak berdasarkan sesuatu yang faktual dan tidak membatasi diri pada pengalaman inderawi. Itulah ciri khas dari filsafat. Begitupun dengan Etika, Etika tidak berhenti pada sesuatu yang faktual atau empiris. Etika harus bisa bertanya mengenai yang “harus” dilakukan atau “tidak boleh” dilakukan, tentang yang baik atau yang buruk untuk dilakukan.
Etika termasuk filsafat, tetapi diantara cabang filsafat yang lain ia mempunyai sesuatu kedudukan tersendiri. Sepintas, Etika sama seperti cabang-cabang filsafat lainnya, yakni filsafat Hukum, filsafat Agama, dan lain sebagainya, yang menyelidiki hanya pada suatu bidang tertentu. Etika tidak sama dengan cabang-cabang filsafat lainnya yaitu dengan membatasi pada pertanyaan “apa itu moral?”. Namun, Etika tidak berhenti disitu, tugas utama Etika adalah menyelidiki “apa yang harus” dilakukan manusia. Karena itu, Etika tidak jarang juga disebut filsafat praktis. Etika membicarakan tentang masalah-masalah yang mahapenting yang menyangkut inti kehidupan kita sebagai manusia, mengenai perilaku manusia, dengan yang harus atau tidak boleh dilakukan manusia.



Kesimpulan
Dari penjabaran diatas maka, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan. diantaranya:
1.      Etika dan Moral memiliki arti yang sama yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan Etiket memiliki arti sopan santun.
2.      Manusia selain memiliki keharusan Alamiah juga memiliki keharusan Moral.
3.      Untuk mempelajari moralitas mengenai perbuatan yang baik dan yang buruk. Ada 3 pendekatan ilmiah mengenai tingkah laku, yaitu: Etika Deskriptif, Etika Normatif, dan Metaetika.
4.      Etika bisa disebut sebagai ilmu dan filsafat.
5.      Etika sebagai ilmu dimulai saat kita merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita yang bernilai kritis. Karena refleksi itu dijalankan dengan kritis, metodis dan sistematis, seperti sifat suatu ilmu. Etika adalah refleksi ilmiah tentang tingkah laku manusia dari sudut norma-norma.
6.      Etika juga bisa disebut sebagai filsafat. Etika sebagai filsafat adalah etika yang bukan suatu ilmu yang empiris. Etika tidak berhenti pada sesuatu yang faktual atau empiris.
7.      Etika termasuk filsafat, tetapi diantara cabang filsafat yang lain ia mempunyai sesuatu kedudukan tersendiri.
8.      Etika membicarakan tentang masalah-masalah yang mahapenting yang menyangkut inti kehidupan kita sebagai manusia, mengenai perilaku manusia, dengan yang harus atau tidak boleh dilakukan manusia.

Daftar Pustaka:


Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Poedjawijatna, Prof. I. R, 2003. Etika Filsafat Tingkah Laku. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LOGIKA DULU ATAU LOGISTIK DULU?

SURAT CINTA UNTUK RASULULLAH SAW

Tak Melulu Salah Menitipkan Anak pada Orang Tua